Seketika berlalu lalang postingan atau kampanye bertajuk ” Mental Health” … pernah ga kita tengok Kesehatan Mental kita sendiri, atau orang terdekat kita?
10 Oktober lalu, adalah Hari Kesehatan Mental Sedunia, dan aku sejujurnya pun terkesima akan luar biasa-nya atensi Dunia terhadap issue ini. Kala dulu, kita depresi, sebutan “drama queen”…”alay”…. “cengeng” meski mungkin ter-ucap dalam konteks candaan, ada sedikit menyanyat hati sang penerima-nya.
Orang dengan gangguan Kesehatan Mental tidak selalu memiliki diagnosa gangguan jiwa, meski untuk aku…ya itu mempengaruhi. Sebut saja depresi, kecemasan berlebih atau populernya…anxiety.
Masa pandemi ini, entah berapa kali sudah merundung, bisa nangis tanpa sebab saking sering-nya merasa “cemas”, merasa “gak mampu” sampai ke merasa “selalu kurang”. Pemicunya apa sih? STRESS…LACK OF REST…AND POOR DIET. Itu jujur adalah faktor internal. Faktor eksternal-nya? Ya terkadang bisa dari ucapan lawan bicara, ucapan Anggota keluarga atau teman, dan social media.
Ketika hari ini, aku menulis …solusi apa yang dicari untuk mengatasi hal ini? Apakah menemui sang pakar yakni Psikolog? Apakah lebih rajin berdoa?
Psycholog is not a part of my sanity i must say. Tapi bukan berarti kehadiran peran mereka tidak membantu. Justru karena dulu punya pengalaman pernah konsul, aku begitu mengerti jasa mereka itu sangat berperan dalam kesehatan mental seseorang.
Rajin berdoa? Kembali lagi, ketika urusan Iman dan Religi…. sadar kalau segala sesuatu urusan di dunia itu, adalah ulah manusia juga, doa itu menjadi salah satu penguat mental sembari berjalan. Tapi Doa untuk mengkoreksi permasalahan bukan hal yang tepat. Lebih seringnya ..untuk menguatkan dan membuat kita sadar akan anugrah kehidupan dari Nya ketika menghadapi situasi pelik.
Andil dari sesama pun diperlukan. Kadang sikap tidak membuka, atau diam untuk hanya sekedar menikmati hari dan percakapan dengan sesama bisa membantu. Kadang, menuangkan keluh kesah pada orang yang tepat, sangat membantu.
Bagaimana bila kita di posisi orang yang dianggap Tepat tersebut? Kadang cukup hanya mendengarkan tanpa beropini sudah sangat membantu. Beropini bijak ketika diminta pun, sangat cukup membantu.
The Internal Factors however, amat sangat mempengaruhi juga, and i’d love to add more post to discuss about this further. How my diets bisa berpengaruh pada mood, dan kesehatan secara keseluruhan.
Mendekati akhir Tahun, aku justru makin sadar… kesehatan Mental (ku) harus aku pupuk dan tumbuhkan sendiri juga. Karena sebelum berbagi ke Dunia Luar…itu berawal dari pikiran dan suasana hati kita sendiri.
Hal tercepat yang bisa dilakukan ketika panik, sedih atau cemas adalah…bersyukur sih. Dont get me wrong, ive taken some med also in the past. Tapi by far… taking a deeep breath and be grateful can give me that sense of peace. (for me). Mau dibilang orang, oh its so cliche….but at the time kita mensyukuri segala-nya…pada kondisi fisik dan mental yang sedang sehat, kita melatih diri untuk bisa menjaga dan mengontrol pikiran lebih baik.
Namun….ketika mental dan keadaan ,dirasa sudah tidak mampu untuk di kontrol dan butuh pertolongan pakar… ambillah langkah itu, untuk bisa merasa lebih baik. Dont be ashame about it…just do whats best for you.
Semangat untuk semua yang selalu berjuang untuk sehat fisik dan mental! And let us all be kind to one and another!